Tuesday, October 25, 2016

Sofware untuk belajar bahasa arab

Bagi kawan – kawan yang ingin belajar bahasa Arab mulai dari nol atau yang sudah belajar tapi butuh referensi lebih. Silahkan didownload aplikasi di bawah ini, insyaallah sangat membantu.

Catatan: untuk Aplikasi Belajar Bahasa Arab Seri 3 agar bisa berjalan dengan baik, silahkan gabungkan file di dalam folder sound yang ada di Seri 3 #2 ke dalam folder sound yang ada di Seri 3 #1.

Mau beli produk CD aplikasinya? Ada disini
Atau mau belajar bahasa Arab online? Bisa disini
Semoga bermanfaat

Penulisan Kalimat Insya Allah

Allah ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 70:
“Mereka (Bani Israil) berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena Sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi Kami dan Sesungguhnya Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).”
Dalam ayat ini Allah mengisahkan tentang perbuatan Bani Israil yang “ngeyel” terhadap Nabi Musa dengan meminta perkara yang sebenarnya dimudahkan untuk mereka. Dalam ayat-ayat sebelumnya Allah menceritakan bahwasanya Allah hanya memerintahkan kaum Nabi Musa untuk menyembelih seekor sapi, akan tetapi mereka terus bertanya sehingga Sapi yang awalnya mudah dicari menjadi sulit karena kriteria-kriteria yang mereka minta demikian detil. Akan tetapi karena mereka mengucapkan “Insya Allah” maka mereka akhirnya dapat menemukan sapi yang dicari.
Insya Allah dalam bahasa Indonesia diartikan “Jika Allah menghendaki.”
Penulisan dalam bahasa arabnya adalah:
Di eja per kata dengan “In Syaa-a Allaah” atau disambung menjadi “In syaa-allaah”
Kalimat ini terdiri dari beberapa susunan yaitu Huruf In, kemudian Fi’il Madhi Syaa-a dan Lafzhul Jalalah Allah. Artinya per Kata:
In = Jika
Syaa-a = menghendaki
Penulisan dalam bentuk latin tentu menyesuaikan dengan transliterasi pada bahasa dan tempatnya masing-masing, untuk bahasa Indonesia sering di tulis dengan Tulisan “Insya Allah”, penulisan insyaallah juga bisa dikatakan benar, karena esensinya makna tulisan yang dimaksudkan adalah tulisan arab di atas.
Penulisan Insya Allah dengan “A” besar pada lafzhul jalalah tidak mutlak benar karena sebenarnya “A” dalam bahasa arabnya itu adalah hamzah dari fi’il Sya-a yang masuk ke lafzhul jalalah Allah. Karena inilah kami katakan penulisan “insyaallah” juga tidak masalah asalkan yang dimaksudkan benar.
***
Catatan:
Perlu diperhatikan kesalahan sebagian orang yang menuliskan kalimat Insya Allah dengan seperti ini:
Maka penulisan seperti ini adalah Batil, penulisan yang salah, karena maknanya berubah menjadi perkataan kekufuran, artinya: “Penciptaan Allah”. Maha suci Allah dari perkataan ini… Hal ini karena kata “Insya” dengan penyambungan huruf arabnya adalah kata sendiri yang bermakna “Mulai, Mengadakan, Menciptakan.” Kesalahan ini menjadi tampak ketika menulis dalam huruf arab, adapun dalam transliterasi maka dilihat bagaimana kaidah yang dipakai dalam penulisan dan bahasanya.
Karena ini beredarnya peringatan pada jejaring sosial yang disandarkan kepada Syaikh Zakir Naik dimana beliau menyalahkan tulisan “Insha Allah”, seharusnya “In Sha Allah” maka perlu di tinjau ulang. Yang pertama, dalam bahasa Indonesia sudah sangat terkenal transliterasi syin dengan sy bukan sh sebagaimana dalam bahasa inggris, kemudian yang kedua, penulisan Insya Allah, sendiri sudah sangat dikenal maksudnya adalah:
Bukan
Jadi pernyataan salah bagi yang menulis Insya Allah malah sebenarnya kurang tepat, justru penulisan inilah yang dijadikan standar di dalam bahasa kita bahasa Indonesia. Penulisan In Sya Allah bisa jadi merupakan penulisan yang lebih selamat dari perselisihan.
Semoga bermanfaat dan menambah semangat saudara sekalian untuk belajar bahasa arab.

Keunikan Bahasa Arab seri 8

>>Mengandung informasi yang padat dan ringkas
Hanya dengan beberapa huruf yang menyusun kata, Bahasa Arab bisa mengungkapkan banyak ungkapan. Kita ambil contoh kata [عين] “’ain” yang umumnya dikenal artinya: mata.
Jika kita membuka kamus artinya sangat banyak yaitu:
manusia, jiwa, hati, mata uang logam, pemimpin, kepala, orang terkemuka, macan, matahari, penduduk suatu negeri, penghuni rumah, sesuatu yang bagus atau indah, keluhuran, kemuliaan, ilmu, spion, kelompok, hadir, tersedia, inti masalah, komandan pasukan, harta, riba, sudut, arah, segi, telaga, pandangan, dan lainnya.
Kemudian dalam bahasa Arab juga dikenal istilah pembuangan kata atau kata yang disembunyikan yang dikenal dengan istilah “mahdzuf”.
Contohnya,
Pada kalimat syahadat [لا أله ألا الله] maka bukan artinya,
-[لا] = tiada
-[إله] = tuhan
-[إلا] = selain
-[الله] = Allah
Karena arti ini salah besar, karena ada Ada khabar yang [محذوف] dibuang/tidak ditampakkan. Khabar yang dibuang tersebut adalah [حق atau بحق] “haqqun” atau “bihaqqin”.
Maka makna syahadat yang benar adalah,
“tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah”
Kata [حق atau بحق] “haqqun” atau “bihaqqin” berdalil dengan firman Allah Ta’ala,
“Yang demikian itu dikarenakan Allah adalah (sesembahan) yang Haq (benar), adapun segala sesuatu yang mereka sembah selain-Nya adalah (sesembahan) yang Bathil.” (QS. Luqman: 30)
Begitu juga tafsiran para ulama, sebagaimana Ibnu Katsir menafsirkan surat Al Qashash : 70, Ath Thabari menafsirkan surat Al An’am : 106, As Suyuti menafsirkan surat Al Baqarah : 255. Dan banyak ulama yang lainnya.
Contoh yang lain firman Allah dalam surat Yusuf Ayat 82,
Arti perkata adalah: “Tanyalah kepada kampung yang kami tinggal padanya”
Namun ada kata yang “mahzuf”/dibuang yaitu [أهل] “ahli” /penduduk yaitu “mudhaf” dari [الْقَرْيَةَ]
Abul Baqa’ Al ‘akbariy rahimahullah menjelaskan tentang ini,
“Firman Allah, “tanyalah kepada kampung” yaitu, penduduk kampung, boleh membuang [mahzuf] mudhaf, karena maknanya tidak menjadi rancu.” (At Tibyan fi I’rabil Qur’an 2/742, Asy Syamilah)
Jadi arti yang tepat adalah : ““Tanyalah kepada penduduk kampung yang kami tinggal padanya”
Oleh karena itu, belum pernah ada satupun terjemahan Al Qur’an yang lebih singkat dari bahasa arab aslinya.
>>Lebih mudah dihapalkan
Ini karena adanya “wazan” atau cetakan/pola kata yang sudah kami jelaskan sebelumnya. Dengan adanya cetakan kata tersebut lidah dan lisan kita akan terbiasa mengucapkannya. Dan sesuatu yang sudah terbiasa kita ucapkan maka akan lebih mudah dihapalkan
Selain itu, bahasa Arab seakan-akan tiap kata bisa disambung bacaannya. Jadi seakan-akan beberapa kata tersebut kita sambung terus, sebagaimana kita membaca Al Qur’an. Ini karena struktur bahasa arab yang mendukung seperti adanya [ال] “alif lam”, dan ada kaidah penyambungan tiap kata.
Mungkin bisa kita buktikan, jika kita menghapal Al Qur’an tiap kata kita putus-putus cara bacaannya, maka kita agak kesusahan. Berbeda jika kita menyambung tiap kata maka akan memudahkan.
Contohnya basmalah,
Jika kita hapal [ب – اسم – الله – الرحمان – الرحيم] “bi – ismi – Allahi – Ar-Rahmani- Ar-Rahimi”
Maka kita akan agak kesusahan, tetapi jika kita sambung, maka akan memudahkan sebagaimana kita membaca basmalah.
Terbukti bahwa orang-orang Arab -sekalipun Arab badui [kampung]- hapalannya kuat dan mampu menghapal beribu-ribu bait syair. Mampu menceritakan banyak cerita sejarah hanya berdasarkan hapalan, sehingga dahulu tulis-menulis dikalangan mereka kurang berkembang, karena jika mudah dihapal maka tidak perlu ditulis. Ditambah lagi mereka dianugerahkan kekuatan hapalan.
Bukti lainnya, banyak orang yang tidak mengenal dasar bahasa Arab sekalipun tetapi mampu menghapal 30 juz Al Qur’an dengan hapalan yang kokoh dan tanpa cacat tiap kata bahkan huruf.
Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya Allah…

Keunikan Bahasa Arab seri 7

>>Ada pola dan cetakan kata [wazan] untuk mencetak kata
Ini mempermudah kita agar mengetahui kata dan lebih mudah menghapalnya. Ini yang dikenal dengan istilah [وزن] “wazan” yang terangkum dalam ilmu shorof bahasa Arab. Kita tinggal menghapal pola dan cetakan “wazan” atau yang disebut “tahsrif”, maka kita bisa memproduksi atau melahirkan berbagai macam kata.

Wazan” tersebut diwakili oleh kata [فعل] dengan huruf [ف] sebagai wakil huruf pertama dan [ع] wakil huruf kedua dan  [ل] wakil huruf ketiga huruf ketiga.
Contoh sederhananya adalah,
Ada pola tashrif,
[فعل – فاعل – مقعول] “fa’ala – faa’ilun – maf’ulun”, penjelasannya,
-[ فعل] “fa’ala” = kata kerja
-[ فاعل] “faa’ilun” = cetakan kata yang berarti pelaku atau yang melakukan pekerjaan/perbuatan
-[ مفعول] “maf’uulun” = cetakan kata yang berarti objek atau yang dikenai pekerjaan/perbuatan

Maka, dengan kita tahu ada kata kerja [خلق] “khalaqa”= menciptakan, maka kita tahu dengan “Wazan”/cetakan kata ,
-[ فاعل] – [خالق] “khaaliqun” = pelakunya, yaitu yang menciptakan, serapan bahasa Indonesia = “khaliq” yaitu Tuhan
-[ مفعول] – [مخلوق] “makhluqun” = objeknya, yaitu yang diciptakan, serapan bahasa Indonesia = “makhuk”

Contoh lagi, kata kerja [علم] “ ’alima” = mengetahui, kita akan tahu
-[ فاعل] – [عالم] “ ’Aalimun” = pelakunya, yaitu yang mengetahui, serapan bahasa Indonesia = “alim” yaitu pintar, pintar agama
-[ مفعول] – [معلوم] “ma’luumun” = yang diketahui, serapan bahasa Indonesia = “maklum”

Contoh lagi, kata kerja [كتب] “kataba” = menulis, kita akan tahu,
-[ فاعل] – [كاتب] “kaatibun” = pelakunya, yaitu yang menulis atau sekretaris
-[ مفعول] – [مكتوب] “maktuubun” = yang ditulis/tertulis, serapan bahasa Indonesia = “maktub” yaitu tertulis

Bagaimana, mudah dan sederhana bukan?

>>Mempunyai kaidah struktur bahasa yang lebih sempurna

Bahasa Arab mengenal istilah maskulin [mudzakkar] dan feminin [muannats]. Dan yang lebih membuatnya sempurna dalam bilangan dikenal juga penggunaandouble/ganda [mutsanna] yang sangat jarang ditemui dalam bahasa yang lain. Sehingga dalam bilangan dikenal istilah tunggal [mufrad], ganda [mutsanna], dan jamak [jam’un]. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut :
التلميذ يذهب إلى المدرسة – Pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
التلميذة تذهب إلى المدرسةِ – Pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah
التلميذان يذهبان إلى المدرسةِ – Dua orang pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
التلميذتان تذهبان إلى المدرسةِ – Dua orang pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah
التلاميذ يذهبون إلى المدرسةِ – Pelajar-pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
التلميذات يذهبن إلى المدرسةِ – Pelajar-pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah

Begitu juga dengan kata kerjanya, lebih lengkap. Kata kerja lampau [madhi], kata kerja sekarang dan akan datang [mudhari’], dan yang membuatnya lebih lengkap ada kata kerja perintah [‘amr]. Perhatikan contoh berikut,
ذهب الولدُ إلى المدرسةِ – anak laki-laki itu (telah) pergi ke sekolah
يذهب الولد إلى المدرسة – anak laki-laki (sedang) pergi ke sekolah
اذهب إلى المدرسة – Pergilah [kamu anak laki-laki] ke sekolah.

Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya Allah…
Penyusun :
Ust. dr. Raehanul Bahraen (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Keunikan Bahasa Arab seri 6

>>Memiliki ungkapan yang teliti dan lengkap

Contohnya dalam ungkapan waktu,
Dazur [درور] Waktu mula-mula timbul matahari di waktu pagi
Buzugh [بزوغ ] Waktu mula timbul matahari selepas waktu dazur
Dhuha[ضُحى ] Waktu mula terasa bahang panas matahari
Ghazalah [غزالة ] Waktu matahari mula naik selepas waktu dhuha
Hajirah [حاجرة ] Waktu tengah hari yang mula terasa kepanasan
Dzuhr [ظهر ] Waktu tengah hari matahari mulai naik menegak
Zawal [زوال ] Waktu matahari berada tegak di atas kepala
-‘Ashr [عصر ] Waktu siang mula berakhir matahari kemerah-merahan
-‘Ashil [عصيل ] Waktu matahari mulai condong ke arah barat
Shabub [صبوب ] Waktu matahari semakin menghilang
Ghurub [غروب] Waktu matahari mula terbenam
Khadur [خدور ] Waktu matahari hilang dari pandangan atau gelap.

Begitu juga dengan ungkapan suara hewan, maka ada pengungkapannya satu-persatu dan hanya bahasa Arab yang paling lengkap,

Shahil صهيل Suara kebiasaan kuda mendempik
Hamhamah حمحمة Suara kuda mendengus
Syahij شحيج Suara baghal
Rugha’ رغاء Suara kebiasaan unta
Hanin حنين Suara unta memanggil anaknya
Anin أنين Suara unta menahan bebanan yang dibawa
Hadir هدير Suara unta bernafas (bunyi nafas keluar masuk)
Shorif صريف Suara geseran gigi unta
Huar حوار Suara lembu
Ma’ma’ah مأمأة Suara kambing mengembek
Yu’ar يعار Suara kibas mengembek
Tugha’ ثغاء Suara biri-biri mengembek
Za’ir زئير Suara singa mengaum
Zamjarah زمجرة Suara singa mendengus secara berulang-ulang kali
Tazamjar تزمجر Suara harimau mengaum
Kharkhawah خرخوة Suara harimau mendengkur ketika tidur
-‘Uwa’ عواء Suara serigala menyalak memanjang
Nahim نحيم Suara harimau kumbang
Quba’ قباء Suara khinzir (babi)
Nubah نباح Suara anjing menyalak
Muwa’ مواء Suara kucing mengiau
Kharkharah خرخرة Suara kucing mendengkur ketika tidur
Ghas غسٌ Suara kucing mengerang karena sakit
Nahiq نهيق Suara keldai
Bu’am بعام Suara kijang
Nazab نزاب Suara khusus bagi kijang jantan sahaja
-‘Irar عرار Suara burung unta jantan
Zimar زمار Suara burung unta betina
Fahir فحير Suara dhab sahaja
Kasyisy كشيش Suara biawak
Karkarah كركرة Suara ayam (jantan atau betina)
Shada صدى Suara burung hantu
Dandanah دندنة Suara lebah.

Begitu lengkap dan telitinya, sehingga dalam merinci atau menjelaskan sesuatu bahasa Arab bisa menjelaskanya serinci-rincinya. Contohnya tingkatan cinta yang sangat rinci oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah dalam kitab Madarijus Salikin,

[فصل في مراتب المحبة]

أولها: العلاقة، وسميت علاقة لتعلق القلب بالمحبوب

الثانية: الإرادة، وهي ميل القلب إلى محبوبه وطلبه له.

الثالثة: الصبابة، وهي انصباب القلب إليه. بحيث لا يملكه صاحبه. كانصباب الماء في الحدور.

الرابعة: الغرام وهو الحب اللازم للقلب، الذي لا يفارقه. بل يلازمه كملازمة الغريم لغريمه. ومنه سمي عذاب النار غراما للزومه لأهله. وعدم مفارقته لهم

الخامسة: الوداد وهو صفو المحبة، مراتبها عشرة وخالصها ولبها، والودود من أسماء الرب تعالى.

السادسة: الشغف يقال: شغف بكذا. فهو مشغوف به. وقد شغفه المحبوب. أي وصل حبه إلى شغاف قلبه

السابعة: العشق وهو الحب المفرط الذي يخاف على صاحبه منه

الثامنة: التتيم وهو التعبد، والتذلل. يقال: تيمه الحب أي ذلله وعبده. وتيم الله: عبد الله. وبينه وبين اليتم

التاسعة: التعبد وهو فوق التتيم. فإن العبد هو الذي قد ملك المحبوب رقه فلم يبق له شيء من نفسه ألبتة. بل كله عبد لمحبوبه ظاهرا وباطنا. وهذا هو حقيقة العبودية. ومن كمل ذلك فقد كمل مرتبتها.

العاشرة: مرتبة الخلة التي انفرد بها الخليلان – إبراهيم ومحمد صلى الله عليهما وسلم


Tingkatan cinta:
  1. Al ‘alaqah (hubungan/ikatan). Dinamakan hubungan/ikatan karena keterikatan hati kepada yang dicinta.
  2. Al iradah (kehendak/keinginan). Ini adalah kecondongan hati kepada yang di cinta dan berusaha untuk mencari/menjumpai yang dicinta.
  3. Ash-shobabah (kerinduan). Adalah kerinduan hati kepada yang dicinta, dimana kerinduan ini timbul secara alami & diri tidak dapat mengaturnya, sebagaimana tetesan air di tempat yang melandai.
  4. Al gharaam (kerinduan yang menyala-nyala). Adalah cinta yang selalu ada didalam hati, tidak pernah keluar dari dalamnya, & selalu menyertai hati. Maka abzab neraka dikatakan gharaaman[1] karena senantiasa setia dengan penghuninya, tidak pernah melepasnya.
  5. Al wadaad (kasih sayang). Adalah kelembutan cinta, inti cinta dan kemurniaanya, dan Al waduud termasuk dari nama-nama Allah yang maha tinggi.
  6. Assyaghof (cinta yang meluap-luap). Yaitu sangat mencintainya dan dibuat sangat senang [bercampur penderitaan]. Sangat mencintai yang di cinta (yaitu cintanya telah masuk ke dalam relung hati & sanubari)
  7. Al ‘isyq (cinta yang sangat). Adalah cinta yang yang teramat sangat/ terlalu berlebihan, dikhawatirkan [terjadi sesuatu yang kurang baik] terhadap pelakunya.
  8.  At tatayyum (penghambaan) yaitu merendahkan diri. Dikatakan cinta telah menghambakannya, dan taimullah berarti juga ‘abdullah (hamba Allah).
  9. At ta’abbud (peribadahan). Tingkat ini di atas at tatayyum/penghambaan. Karena sesungguhnya diri hamba adalah totalitas milik sang kekasih (Rabb), tak tersisa sedikitpun dari dirinya, baik lahir maupun batin, semua milik sang kekasih. Dan ini adalah hakikat peribadahan, barang siapa telah menyempurnakan sifat ini, maka telah sempurna cintanya
  10. Al Khullah (Kekasih). Cinta ini hanya dimiliki oleh dua khalil (kekasih), yaitu Ibrahim ‘alaihis salam dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

[lihat lengkapnya di Madarijus Saalikiin baina manaazili iyyaka na’budu wa iyya kanasta’in 3/29-32, , Darul Kutub Al ‘Arobiy, Beirut, cet. Ke-3, 1416 H, Asy Syamilah]

Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya Allah…
Penyusun :
Ust. dr. Raehanul Bahraen (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)